Khutbah Jumat Tentang Antara Puasa, Diet, dan Belenggu Nafsu


Khutbah Jumat Tentang Antara Puasa, Diet, dan Belenggu Nafsu

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَاخْتِلَافَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ

 وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ

 الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ

 رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى:  كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Sidang jumat rahimakumullah. 
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mensyariatkan puasa kepada orang-orang yang beriman. Pembahasan tentang hikmah puasa telah banyak dikemukakan oleh para ulama atau kyai. Tujuan puasa itu sendiri secara eksplisit dan gamblang telah disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183,yaitu untuk menjadikan manusia bertaqwa kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti terciptanya keperibadian seseorang yang penuh kesadaraan menaati segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Cakupan pengertian ini bukan saja sebatas ibadah ritual,tetapi menyangkut pula amaliah sosial. 

Allah SWT berfirman: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن

  قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُم تَتَّقُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS.Al-Baqarah: 183)
Sidang jumat rahimakumullah.
Ayat di atas menjelaskan bahwa kewajiban puasa semata-mata ditujukan terhadap orang yang telah memiliki keimanan. Artinya, bahwa dalam berpuasa harus dilandasi dengan iman, Potensi iman menjadi sangat penting bagi setiap muslim yang menjalankan puasa. Lebih-lebih kalau dipahami benar bahwa potensi iman itu kadarnya selalu berubah-ubah, bisa bertambah bisa berkurang, atau bisa naik dan turun, yang hal ini tentu membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh, agar kualitas iman semakin kokoh. Jika seseorang mau melaksanakan puasa maka akan bertambahlah ketaqwaannya. atau jika belum sama sekali maka setidaknya, ketaqwaan itu akan tumbuh dihatinya.

Sidang jumat rahimakumullah.
Orang-orang yang telah mampu  mensucikan jiwa dan meningkatkan taqwanya, mereka akan meraih derajat rohaniah yang tinggi di sisi Allah SWT, dimana dengan jiwa, akal pikiran, dan hati nurani, yang bersih mereka akan dilimpahi karunia cahaya dan ilham illhiyah, yang hal itu takkan mungkin bisa diperoleh oleh orang-orang yang berjiwa kotor dan kesat, karena terbelenggu oleh nafsu duniawi dan jiwa materialistis. Tegasnya bahwa taqwa tidak akan ada jika jiwa tidak terkendali. Untuk menjadikan seseorang agar tidak disetir oleh hawa nafsu, ibadah puasa dapat dijadikan sebagai pengekang dan peredam segala macam nafsu dan syahwat yang bersemayam dalam dirinya. 

Sidang jumat rahimakumullah. 
Dalam diri manusia nafsu merupakan bagian jiwa yang tidak terpisahkan dari eksistensi atau keberadaannya sebagai manusia. Nafsu memang diciptakan untuk dipadukkan dengan roh dalam satu badan, guna menguji keimanan dan ketaqwaan manusia. Dalam diri setiap insan, ada dua unsur yang saling tarik-menarik, yaitu akal dan nafsu.Hanya ada dua kemungkinan diantara keduanya, menang atau kalah. dan kemenangan diatara keduanya sama-sama berpeluang karena nafsu didukung oleh iblis, sedangkan akal dan roh didamingi malaikat. 

Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar puasa dijadikan sarana untuk mencegah dan mengurangi gejolak nafsu birahi. Sebagaimana sabda beliau yang artinya. " Wahai kaum muda siapa diantara kamu yang mampu menanggung belanja rumah tangga, hendaklah kawin, karena kawin itu bisa memelihara pandangan mata dan nafsu birahi. barangsiapa belum mampu niqah, amak berpuasalah karena puasa itu meredam nafsu syahwat."

Puasa bukan saja mengurangi nafsu biologis tetapi juga mencegah dari kerakusan kepada harta, dan juga bisa menghalau sifat riya', sombong, egoisme, dan sifat buruk lainnya, yang merupakan kendala menuju taqwa dan pencemaran bagi kesucian jiwa.
Hendaknya puasa dijadikan benteng bagi jiwa manusia dari rongrongan dan gejolak nafsu. Sebab, nafsu bisa mengajak bersenang-senang ia seperti hewan liar, bila dalam keadaan marah bagaikan binatang buas, dan bila menghadapi musibah seperti anak kecil, sebaliknya bila mendapatkan nikmat ia sombong seperti fir'aun. 

Sidang jumat rahimakumullah. 
Nafsu itu bagaikan binatang jalang yang nakal dan tidak suka dikendalikan. Oleh karena itu, selain puasa, harus pula kita tundukan dengan riadah (latihan) diantarannya: 
1. Mencegah nafsu lewat pengurangan makanan tau diet yang benar. Dengan dibatasi makan minumnya, nafsu akan menjadi lemah. 
2. Membebani nafsu dengan ibadah yang lebih banyak. Dengan banyaknya ibadah, nafsu akan tunduk dan menurut. 
3. Memohon pertolongan kepada Allah SWT, seperti firman allah SWT dalam surat yusuf ayat 53. 


....إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي .... 
"Sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang telah diberi rahmat oleh Tuhanku"
Sidang jumat rahimakumullah. 
Pengertian puasa dikalangan masyarakat awam merupakan upaya menahan laar dan dahaga dimana didalamnya ada hikmah untuk menjaga keseimbangan jasmani dan rohani. Mengingat hikmah dan manfaat puasa, sebaiknya diluar puasa pun kita perlu menjaga dan mengatur makan dan minum.Mengapa demikian?

Diterangkan Hujjatul Islam Imam Ghazali bahwa:
1. Terlalu banyak makan dapat menimbulkan kerasnya hati, memadamkan cahaya hati, dan mengotori kejernihan hati. Sebagian ulama mengumpamakan perut ini sebagai periuk yang terletak di bawah hati, yang dididihkan dan bberasap. Semakin banyak asapnya, semakin mengeruh dan menghitamkan hati. 
2. Terlalu banyak makan mengakibatkan kurangnya ibadah. Apabila seseorang banyak makan, badan akan menjadi berat untuk diajak ibadah. Bawaanya ngantuk dan semangatnya lemah untuk beramal saleh. Apalagi jika makanan yang didapatnya itu barang haram dan lewat jalan yang dilarang, tentu akan mengotori ibadah dan menjauhkan sifat taqwa.Makan haram akan mendorong kembalinya nafsu ke asalnya, yaitu ammarotun bisuu', cenderung kepada kejelekan. Makanan halal akan mendorong tumbuhnya nafsu muthmainnah (nafsu yang baik). Bagi yang berpuasa hendaknya memperhatikan hal ini, jika tidak ingin puasanya sekedar lapar dan dahaga saja.rasulallah SAW bersabda " Daging manusia yang tumbuh dari makanan haram, maka neraka lebih baik baginya"
3. Terlalu banyak makan dapat menghilangkan manis dan nikmatnya ibadah. Banyak makan yang lezat-lezat dan menyenangkan di dunia ini, bisa mengurangi kenikmatan di akherat. Allah SWT berfirman dalam surat al-ahqaaf ayat 20:

أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ
"Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik".
Sidang jumat rahimakumullah. 
Sebagai penutup khutbah, mari tingkatkan penghayatan kita terhadap pentingnya ibadah puasa guna meningkatkan kualitas iman dan taqwa. Kita memohon kepada Allah SWT semoga kita dijadikan orang sholeh yang gemar melakukan puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah.
Semoga Allah SWT memeberkati kita dengan al-Quran agung yang memberi manfaat kepada kita ayat dan peringatan bijak


Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ

اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى

اِلىَرِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ

اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ

 يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ

 عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ

وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَر

وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ

لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

 اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ

 وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ

 كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ

 اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَ

  اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ

فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا

وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ

 وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ

 تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


0 Response to "Khutbah Jumat Tentang Antara Puasa, Diet, dan Belenggu Nafsu"

Post a Comment