Intisari Agama:Kisah Rasulallah SAW Ketika Malam Lailatul Qadar

Intisari Agama:Kisah Rasulallah SAW Ketika Malam Lailatul Qadar Kisah Rasulallah SAW Ketika Malam Lailatul Qadar -Seluruh Umat Islam meyakini bahwa malam Lailatul Qadar itu malam yang lebih mulia/ baik dari seribu bulan. Sebagian Ulama berpendapat bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan  Seluruh kaum muslimin sangat mengharapkan sekali dapat berjumpa dengan malam lailatul  qadar karena setiap amal kebaikan yang dilakukan akan berlipat ganda pahalanya setara dengan 1.000 bulan atau 83 tahun
Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Qadar 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ *وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ *لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Berdasarkan firman Allah SWT tersebut diatas  ada tiga keutamaan yang terkandung di dalamnya. Pertama, orang yang beribadah pada malam Lailatul Qadar bagaikan sedang beribadah selama 1000 bulan atau 83 tahun empat bulan. Ini menjadi karunia spesial bagi umat Nabi Muhammad SAW yang berumur lebih pendek dibanding umat nabi-nabi terdahulu. Kedua, para malaikat pun turun ke bumi, mengucapakan salam kesejahteraan kepada orang-orang yang beriman. Dan ketiga, malam itu penuh keberkahan hingga terbit fajar.

Meski keutamaan Lailatul Qadar tergambar jelas dalam Al-Qur’an dan sejumlah riwayat, namun  hingga kini para ulama khilaf tentang kapan persisnya malam iLailatul Qadar itu jatuh, karena memang tak ada nash yang secara eksplisit merinci tentang hal ini. Sebuah pendapat mengatakan, Lailatul Qadar itu terjadi pada 17 Ramadhan. Ada pula yang mengatakan pada 21 Ramadhan. Ulama lain yakin tepat pada 27 Ramadhan.

Keinginan supaya kita dapat  berjumpa dengan malam Lailatul Qadar ini telah dianjurkan  oleh Rasulallah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).

Dengan berdasar bahwa Rasulullah kian giat beribadah saat sepuluh terakhir Ramadhan, banyak yang berpendapat malam mulia itu jatuh pada sepuluh malam terakhir tersebut. Dan karena Allah dan Rasul-Nya menyukai bilangan ganjil maka banyak yang berkeyakinan Lailatul Qadar adalah malam 21, 23, 25, 27, atau 29. Sementara kapan waktu pasti itu, masih menjadi rahasia. Hanya Allah yang tahu.

Menjelang 10 akhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW biasanya lebih fokus beribadah,. Hal ini sebagaimana yang disebutkan ‘Aisyah:

“Nabi Muhammad SAW ketika memasuki 10 malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah,” (HR Al-Bukhari).

Diceritakan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat selalu beri’tikaf semalam suntuk pada 10 hari terkahir bulan suci Ramadhan. Ketika Rasulullah berdiri untuk shalat, para sahabat juga menuanaikan shalat. Ketika beliau menegadahkan tangannya untuk berdoa, para sahabat pun serempak mengamininya.

Pada waktu  itu langit sedang mendung tidak ada satupun bintang, angin pun berhembus hingga merasuk ke tubuh-tubuh Rasulallah dan para sahabat. Dalam sebuah riwayat bahwa malam tersebut merupakan  malam yang ke-27. Ketika  Rasulullah SAW beserta para sahabat sedang sujud, tiba-tiba hujan turun dengan cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu kemudian menjadi tergenang oleh air hujan. Salah seorang diantara para sahabat ada yang ingin membatalkan shalatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari shafnya, namun niat itu diurungkannya karena dia melihat Rasulullah SAW   beserta  sahabat lainnya masih tetap sujud dengan khusuk tidak bergerak sedikit pun.

Meskipun genangan air hujan terus semakin meninggi hingga membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabat yang lainnya, namun mereka masih tetap dalam posisi sujud dan tidak beranjak sedikit pun. Karena genangan air yang terus meninggi menyebabkan pakaian Rasulallah dan para sahabat basah kuyup, namun hal itu tidak dapat merubah posisi sujud beliau, seakan-akan beliau menikmati keindahan di alam yang lain. 

Beliau terlihat sangat takut jika keindahan yang sedang beliau saksikan ini akan hilang karena beliau bergerak dari sujudnya. Beliau sungguh nsangat takut jika cahaya itu akan hilang jika beliau mengangkat kapalanya. Beliau terdiam cukup lama sekali di dalam sujudnya. Namun, ketika Rasulullah SAW mengangat kepala dan mengakhiri shalatnya, hujan pun ternyata berhenti seketika itu juga.

Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun Rasulallah pun mencegahnya dan berkata “Wahai anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya”.
Apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW ini menunjukkan bahwa betapa banyak hikmah dan rahasia di balik malam seribu bulan. 
,
Kabar tentang keutamaan/ hikmah bulan Ramadhan, juga Lailatul Qadar, menjadi pemacu manusia yang cenderung berkarakter manja untuk kembali mendekat kepada Tuhannya. Mengapa waktu Lailatul Qadar dirahasiakan? Ini adalah pukulan telak buat manusia. Supaya manusia terus beribadah kepada Allah SWT tanpa memilih-milih waktu.

0 Response to "Intisari Agama:Kisah Rasulallah SAW Ketika Malam Lailatul Qadar "

Post a Comment